Total Pageviews

Penganut

It's The Official Indonesian Blogger

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources

Fase Bulan Terkini

CURRENT MOON

GeoCounter


free counters

Visitor's Track

KOMPAS.com

Powered By Blogger
Powered by Blogger.

Tragedy of The Malin


-->
Malin adalah anak gembala, selalu riang serta gembira. Laa lala lala la la. (Kok jadi nyanyi?). Malin adalah anak sulung dari janda yang bernama Bundo Maryam. Dia anak yang rajin dan patuh pada orang tua. Kegiatan sehari-hari yang dilakukannya ga ada yang sia-sia. Kalo dia lagi makan pisang, pasti kulitnya juga dimakan. Ga ada yang sia-sia, kan?.
Suatu hari, Malin dan Ucok, dua anak yang sudah bersahabat sejak mereka masih berbentuk janin, berencana untuk pergi merantau ke kota. Awalnya Siti yang punya rencana seperti itu karena tidak tahan dengan keadaannya yang semakin hari semakin melarat, selaaaaalu begitu, lalu dia mengajak malin untuk merantau.
Hari H pemberangkatan, Bundo yang sedang menyulam di teras rumah dikagetkan dengan Malin dan Siti. Dor .... Dor.... Traatatatatatt.... Jgerr.... Bumm.... Bundo pun tewas dengan luka tembak di kepala dan leher, kayak ayam abis dijagal. (Oke, ceritanya gak setragis itu..). Malin yang sudah siap memakai tas beserta KTP dan data diri meminta izin kepada bundo untuk merantau.

Siti : Malin, pokoknya kau harus yakinkan ibumu bahwa kau sudah siap untuk pergi ke kota.
Malin : Tapi kalau dia nanti nangis gimana? Terus kalo dia pingsan gimana? Terus kalo epilepsinya kambuh GIMANA??! GIMANAAAAAAA??!!!!! Aku ga mau membuat bundo bersedih.
Siti : Itu urusan nanti. Yang penting sekarang kau minta izin dulu kepada ibumu. Bukankah ibunya sangat bangga kalau anaknya sukses?
Malin : (berpikir agak lama). Iya sih. Yasudah...
Malin lalu menghampiri bundo dan langsung bersujud di depan bundo.
Malin : Bundo, aku meminta doa restu dan doa sinaga untuk pergi merantau ke kota. Sudah tiga kali puasa tiga kali lebaran Malin ga pernah naek busway, sebenernya sih dari lahir emang ga pernah. Sebelumnya Malin juga mohon maaf kalo Malin punya salah, kayak waktu itu
Tiba-tiba hening.
Ga ada respon.
Malin lalu nenggak ke atas.
Ternyata si Bundo TIDUR..!!
Malin langsung makan sendal.
Malin : RAWRAWRKS...... %#@#%^&*(())!@#$%^&”:<>?>{}|~!@!!!
(Real ketika bundo versi bangun..) ~’mohon maaf para pembaca’~
Malin : Bundo, aku meminta doa restu dan doa sinaga untuk pergi merantau ke kota. Malin ingin sukses. Malin ingin sekali merubah nasib kita Bundo. Mungkin sudah suatu kewajibanku sekarang untuk menafkahi keluarga kita.
Bundo : Tapi Malin, Bundo tak sudi tak rela melihatmu pergi meninggalkan bundo. Bundo pasti akan sedih. Siapa nanti yang akan membantu Bundo mencuci baju dan piring, nyapu teras, terus gimana nanti kalo si Jagur ayam kita kabur lagi, ga ada yang nyariin kalo dia ilang lagi... Jangan pergi ya Malin...
Malin : Tapi Bundo, aku janji nanti kalau aku kembali, aku akan sukses. Nanti Bundo bisa memakai emas dan permata yang mahal. Nanti Malin juga akan bawa Budi Anduk tuk menjadi lurah yang akan mebawa kampung kita menuju gerbang kehancuran kemakmuran. Hidup BA coy..!!
Bundo : Bundo tak perduli berapaun harta dan tahta yang akan kau bawa nanti. Yang penting kamu harus disini malin. Hatiku tak rela....
Malin : Tapi Bundo...
Ucok : Sudahlah Malin. Percuma kau ngesot-ngesot minta izin. Ayo lekas kita pergi. Sukses sedang menanti. Ayo..!! (Sambbil menarik Malin pergi)
Malin : Ah, Tidak! Ucok, sebentar! Tunggu! Bundoooooo...........!
Bundo : Maaaaalllliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnn..........!
Malin : Buuuuunnnnddoooooooooooooooooo...........!
Bundo : Maaaaalllliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnn..........!
Malin : Bundoooooooooo...... Tadi aku sama Ucok makan nasi rames di warung Uni Amma. Jangan lupaaaaaaaaaaaaaa......
Bundo : MALIIIIIIIIIIIIIIIIIINN...!! NGAPAIN KAMU NINGGALIN UTAAANG.....!!!!!!
Setahun setelah kepergian Malin, keadaan bundo semakin menyedihkan. Dirinya semakin banyak menanggung bunga dari hutang-hutang yang tak kunjung ia bayar sejak kepergian Malin.
Bundo : Huhuhuhuuuuu.... Kenap engkau pergi meninggalkan Bundo, Malin. Bundo rindu kau. Kembalilaah... Kembali padaku... Aku takkan pernah bisa hidup, tanpamu...
Lalu datanglah Datuk Silobahutang, kolektor hutang yang kaya raya, beserta pengawalnya dan seperangkat alat sholat dibayar tunai. SAH..?! SAH..?! HUAHAHAHAHA......
Silobahutang : Asalamualaikum (dung-dung-dung... dungdung)
Bundo : Waalaikumsalam. Siapa itu?
Silobahutang : (pintu dibuka oleh pengawal) Apa kabar saudaraku sekalian. Daku mendoakan kita selamat sejahtera.
Bundo : Astagfirullah. Ternyata Datuk. Maaf, aduh, (panik) rumah hamba berantakan. Mmm ..... saya minta maaf hutang-hutang saya belum bisa dibayar semua. Uhuk... Uhuk... maaf suara saya lagi rusak, batuk. Soalnya saya lagi datuk sih. Eh kebalik yah ? ? ?
Silobahutang : HAHAHA. Maryam sayangku Maryam manisku. Aku kesini bukan untuk menagih hutangmu. Melainkan tuk melamarmu. Sudah berulang kali aku ditinggal menduda. Sudah ... mmm ... Sudah berapa kali sih? (bertanya ke pengawal)
Pengawal : Baru aja si Maemunah yang kemarin udah ke 26 kali. Ah, masa tuan lupa sih..!?
Silobahutang : Ya. HAHAHA. Sudah 26 kali aku menduda.
(berlutut) Maukah engkau menjadi istriku yang ke-27, wahai Maryam Nur Azizah..??
Seraya Silobahutang mengeluarkan sepasangkan cincin berlapiskan emas campur kuningan dikit, Bundo pun berbalik badannya untuk memikirkan tawaran yang telah diberikan.
Seolah hati Bundo yang mulia dan putih telah hilang dimakan oleh setan, dia sudah berada pada saat dimana dia telah putus asa. Dan ingin merubah nasib dengan segala cara.
Bundo : ~Bagaimana ini? Aku dilamar oleh orang terkaya di desa ini? Mukanya sih lumayan ganteng, walaupun ada panu di idungnya, tapi tajirnya mana tahan... Ah, aku tak perduli. Aku sudah tidak tahan dengan kehidupanku yang melarat ini. Lebih baik aku terima saja.~
Silobahutang : Bagaimana sayangku? Apakah kamu menerima lamaranku ini ?
Bundo : Baiklah. Aku ingin menikah denganmu.
Sebulan setelah pernikahan sakral mereka, Budo sekarang tinggal dengan Silobahutang di sebuah rumah keradenan. Penampilan Bundo sekarang berbeda dengan masa lalu. Sekarang dia lebih ‘berkilau’, karena pakai sampo ZINC, ekstra 50%, harga tetap loh. Kamsudnya, dia lebih berkilau dengan pakaian yang mahal, aksesoris yang antik (saking antiknya, bisa dipake di jempol kaki), emas dan permata, dan lain-lain. Sementara itu pemirsa... per per mir mir sa sa PEMIRSA!!! Malin yang sudah lebih satu tahun merantau mencicipi kerasnya kota akhirnya ditekuk Persija 5-0. Malin dan Ucok gagal menjadi orang seskus (ralat: sukses). Mereka kembali ke kampung dengan keadaan yang mengenaskan. Tanpa IDUNG, sodara-sodara!! Bagaimana mungkin mereka pulang tanpa idung? Apakah saat kelaperan di kota mereka menukarkan idung mereka dengan kerak telor?? Orang Gila!!
Ucok : Haduuuh... Malang sekali nasip kita, Malin. Pulang kampung dengan tangan kosong. Yang kita bawa cuma sertifikat rumah mewah, emas 2 kilo, mobil avanza, sama uang satu milyar. Loh, sebenarnya kita ini melarat apa kaya sih?
Malin : Huft... Nasib, nasib. Ya sudahlah cok. Mau gimana lagi, ini semua memang takdir tuhan. Sekarang kita minta maaf ke bundo karena izin kita tidak terpenuhi.
Setibanya di rumah, malin terkejut. Idungnya balik lagi. Dan yang lebih mengagetkan lagi, rumahnya sudah berganti layout. Warna cat rumahnya sudah berubah. Kursi kesayangan ibunya yang biasanya terlihat di teras rumah sudah tiada lagi. Dengan tanpa basa basi Malin langsung menghampiri rumahnya.
Malin : Asalamualaikum !
Mr. X : Waalaikumsalam... Mau ketemu siapa?
Malin : Loh, siapa anda. Kok bisa ada di dalam rumah ini? Kemana penghuni yang dulu?
Mr. X : Sebelum saya kasih tau, saya ada beberapa pertanyaan nih. Apa ibukota dari Indonesia?
Malin : Jakarta!
Mr. X : Bagus! Pertanyaan selanjutnya. Alat musik yang bisa dipetik?
Malin : Gitar!
Mr. X : Sip! Terus, siapa presiden Republik Indonesia?
Malin : Ya SBY lah....
Tunggu, kok anda sih yang nanya-nanya? Ada apa ini? Kenapa ini? Siapa saya? Di mana saya? Tolong lihat aku.. Dan jawab pertanyaanku.. Mau dibawa kemana hubungan kita?
Mr. X : Selamat! Anda baru saja dapat uang 300 ribu karena telah menjawab 3 pertanyaan saya. Dan anda baru saja masuk acara ‘KENA DEH.....’
Malin : Bodoh! Saya ga mau beginiiiiii!!!! Serius ke pertanyaan awal saya.
Mr. X : Oh, penghuni yang dulu sudah pindah ke rumah besar disana (sambil menunjuk ke arah tengah desa, disana, disini, disitu, dan dia bingung mana yang bener), dia sudah menikah dengan orang kaya. Saya tidak tahu namanya, soalnya saya penduduk baru disini.
Malin : Oh, ya sudahlah. Makasih...
Ucok : Kemana Bundomu pergi?
Malin : Aku tak tahu. Dan setahuku belum pernah ada rumah besar di kampung ini. Dan anehnya lagi dia bilang Bundo itu menikah. Mana mungkin? Kalau Bundo menikah, apa kata dunia? Ini tidak bisa dibiarkan. Aku akan kirim surat ke Tim Termehek-mehek dan panggil mereka untuk mengusut kasus ini.
Ucok : Tak usah begitu lah. Lebih baik kita cari saja dulu Bundomu ke rumah besar itu. Ayo.
Mereka pun pergi mencari Bundo. Akhirnya mereka melihat sebuah rumah besar itu. Tiba-tiba kondisi ucok makin buruk. Dia jatuh lemas.
Ucok : (Brukk..!!)
Malin : Ucoookk.... Bertahanlah. Ayo bergerak. Kita hampir sampai ke rumah besar itu. Ayo cepat.
Ucok : Aku sudah tidak kuat, Malin.
Pada saat yang sama di teras rumah besar itu, terdapat Bundo dan Silobahutang sedang bersantai dikipasi oleh pengawalnya.
Silobahutang : Istriku, apakah kamu bahagia sekarang?
Bundo : Ya suamiku, aku bahagiiiaaaa sekali. Aku adalah orang yang paling beruntung di dunia. Terima kasih engkau telah menikahiku. Ngomong-ngomong gerah sekali yah hari ini.
Silobahutang : Tenanglah istriku. Sebentar lagi hembusan angin akan menyejukanmu.
Pengawal, dengar kan apa yang istriku bilang?! Kipas lebih keras lagi!
Pengawal : Iya, Datuk.
(menggerutu) Huh, baru sebulan jadi istri datuk sifatnya makin sombong saja nih...
Bundo : Pengawal, apakah aku mendengar keluhanmu tentangku??!!
Pengawal : Ma.. Maksud saya, apakah anginnya kurang kencang?
Bundo : Iya kurang kencang. Kipasi juga kaki saya, agak gerah nih.
Pengawal : Baik Nyonya...
Saat Malin telah mendekati, tiba-tiba...
Malin : I... i... i... Itu BUNDO... Bundoooooo....
Saking harunya, Malin langsung mengambrukan Ucok ke tanah...
Ucok : Jiancukkk...!!!! (BRUG..)
Malin : (bersujud di hadapan bundo)
Bundo, aku kangen sekali kepadamu. Sekian lama berpisah, akhirnya kita jumpa kembali. Kemana saja sih Bundo? Kok perginya lama banget sih? Pulang dari kota bawa oleh-oleh ga? Loh, sebenernya yang merantau saya apa ibu saya?
Tiba-tiba Bundo malah jadi panik. Geregetan, jadinya geregetan, apa yang harus dilakukan. Dia tidak ingin kalau Silobahutang tahu bahwa Malin yang melarat dan berkarat itu adalah anaknya. Dia takut nanti silobahutang akan menceraikannya.
Bundo : Si........ Siapa kamu? Kenapa kamu panggil saya bundo?
JGERRRR.... Urat nadi Malin serasa putus. Dia heran dengan sikap Bundo yang berubah 360 derajat, ditambah 180 derajat lagi. Tinggal berapa lagi, anak-anak?? Hayooo....
Malin : Bundo, kenapa Bundo ini? Masa tidak kenal aku?? Ini Malin anakmu, yang suka gigit-gigit bantal kursi ruang tamu waktu dulu.
Bundo : Oh, jadi kamu pelakunya Malin !!!!! Pantesan aja tamu-tamu yang datang ke rumah pada ga betah !!
Malin : Eeeeeeeee... eh..eh.. Ga jadi deh ngaku gigit bantalnya....
Silobahutang : Istriku, siapa anak itu?
Bundo : Aku tak tahu siapa dia. Dasar rakyat jelata yang tidak tahu malu. Masa aku yang mulia ini dipanggil bundo olehnya. Tak sudi aku... Bang, sate bang...
Malin : Oh, jadi gini ceritanya!! Bundo pura-pura melupakanku dan bundo menikah dengan orang ini karena harta, gitu?!
Silobahutang : Istriku, tolong katakan dengan jujur siapa anak ini dan kenapa dia kenal kamu?
Bundo : Suamiku, aku benar-benar tak tahu siapa dia dan darimana dia berasal...
Malin : Aku sungguh tidak percaya dengan apa yang ku lihat. Bundo telah mengkhianati diri bundo sendiri. Kemana sebenarnya bundo dulu yang ku kenal sebagai seorang ibu bagiku??
Silobahutang : Jadi, kamu ibunya ya?
Bundo : Suamiku, dengaran aku dulu...
Silobahutang : Aaaakkhh.... Aku tak mau bicara sebelum kau cerita semua. Apa maumu? Siapa dirinya? Tak pernah bila ada yang lain. Jangan hubungiku lagi, ini bisa jadi yang terakhir.....
Bundo : SUDAH CUKUP!
Malin hening
Semuanya hening
Bundo : BANG, satenya lama banget sih..!!
Semuanya : GUBRAKK**
Bundo : SUDAH CUKUP. Pokoknya aku tekankan sekali lagi bahwa aku tidak kenal dia dan aku bukan ibunya..!! Jadi kamu percaya kan pada kata-kataku?
Silobahutang : ya, aku percaya istriku.
Bundo : Sekarang tolong usir dia dari hadapanku!
Silobahutang : Pengawal, usir dia!!
Pengawal : Baik tuan. Ayo kita pergi tuan!
Silobahutang : BUKAN SAYA YANG DIUSIR!! TAPI DIAA!!
Silobahutang : Oh, maap tuan. Ayo kita pergi, nak!
Malin : Akh, tidak! Bundo! Kau jahat! Aku benci padamu! Kau telah durhaka kepadaku! Sekarang kau akan ku kutuk jadi.... mmm... jadi ayam!
Bundo : Hahaha... jaman gini kutuk-kutukan? Plis deh...
DUAR.... DUAR... BUUUMMM....
Bundo pun jadi ayam.
Silobahutang : Bundo! Kenapa kau berubah jadi ayam? Ah, percuma ngomong sama ayam.
Malin : Dan sekarang kau tua bangka, akan kukutuk kau jadi...
Silobahutang : Malin, kasihanilah aku. Jangan kutuk aku. Apapun yang kamu minta akan kuberikan, asalkan jangan kutuk aku. Tolooong..
Malin : Baiklah kalau bergitu...
Malin pun meminta kepada silobahutang uang sebesar 500 juta dan menyuruh dia untuk pergi membawa bundo beresta seluruh kepunyaannya tuk pergi dari kampung itu. Selanjutnya Malin membeli rumah sederhana untuk kelangsungan hidupnya dan membuka usaha ternak ayam yang sangat bermanfaat mensejahterakan warga kampungnya.
Selesaii...

















Don't try this at home, please -__-





BUDAYAKAN KOMENTAR YAA.... HEHEHE.... :D
IP
We can check your plugins and stuff

Manusia keren (ketek oren)

Manusia keren (ketek oren)
Panggil gue John. Atau kalo lu udah kepalang muntah, panggil gue fariz... And i'll be there....

Labels

Kebanyakan pengunjung melihat ...

Cuaca Hari Ini